SINGKAWANG--Dua puluh lima bayi asal Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas (Singbebas) positif terinfeksi HIV/AIDS. Dari jumlah itu, enam diantaranya telah meninggal dunia.“Kini ada 19 bayi positif HIV/AIDS yang masih hidup,†kata Koordinator Klinik Mawar Kelompok Pokja HIV/AIDS RSUD Abdul Aziz Singkawang Neni kepada Pontianak Post kemarin.
Dijelaskan Neni, dari jumlah 25 tersebut, sekitar sepuluhan bayi diantaranya berasal dari Kota Singkawang. Menurut dia, bayi tersebut tertular HIV/AIDS dari orangtuanya yang terlebih dahulu terinfeksi. “Kebanyakan adalah ibu rumah tangga. Umumnya tertular dari prilaku seks suaminya. Ada juga ibunya mantan PSK (Pekerja Seks Komersial), namun setelah menikah berubah kembali hidup di jalan yang benar. Kan setiap orang juga ingin berubah baik,†kata Neni.
Ia mengungkapkan, saat ini, diluar 19 bayi yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, juga ditangani sekitar 12 orang ibu hamil yang positif HIV/AIDS. Beberapa diantaranya sudah melahirkan. “Diantaranya melahirkan dengan operasi cesar, dan ada cara normal (tanpa melahirkan),†kata Neni. Ditambahkan Neni, dari yang sudah melahirkan, didapati dua orang bayi negatif HIV/AIDS. Hal itu, menurutnya, karena selama masa kehamilan mulai dari usia tujuh dan delapan bulan, diberikan terapi Profilaxis ARV. Begitu juga dengan bayinya. “Setelah dilahirkan bayinya juga kita terapi. Dua ini lolos dari HIV/AIDS dan tidak positif,†ungkap Neni.
Dia menjelaskan, ada bayi yang belum diketahui apakah positif atau negatif terinfeksi penyakit mematikan tersebut. “Nanti bisa diketahui setelah usianya delapan belas bulan saat kita lakukan tes HIV ke anak tersebut. Kalau sebelum delapan belas bulan, bayi masih diberi antibodi oleh ibunya. Jadi belum dapat diketahui. Tapi begitu lahir kita berikan terapi Profilaxis ARV,†jelas dia. Menurutnya, HIV/AIDS disebabkan hubungan seksual yang beresiko, dan juga penggunaan jarum suntik mengkonsumsi narkoba. “Tapi tingkat paling tinggi penyebarannya, karena prilaku hubungan seksual,†tegasnya.
Dia menjelaskan, HIV/AIDS bergantung dari daya tahan tubuh seorang manusia. Bisa saja tiga atau lima tahun. “Tergantung daya tahan tubuh. Kalau virus sudah di dalam tubuh, terserang flu dalam enam bulan bisa tertular, apalagi bagi yang melakoni hubungan beresiko,†katanya. Langkah pencegahan, dijelaskan Neni, jika seseorang itu positif HIV/AIDS, maka seumur hidup harus mengkonsumsi ARV. Kalau untuk anak-anak yang sudah terinfeksi, sambung Neni, para orangtua terutama ibu-ibu harus memperhatikan tumbuhkembang sang anak. “Yang penting tetap berprilaku hidup sehat,†katanya.
Tiap Hari Ada Pasien Â
Klinik Mawar Pokja HIV/AIDS RSUD Abdul Aziz Singkawang merupakan sebuah ruangan khusus bagi orang yang ingin berkonsultasi, ataupun memeriksakan dirinya untuk mengetahui tentang penyakit mematikan tersebut. Selain di Klinik Mawar, di salah satu ruangan dibagian penyakit dalam, kata Neni, juga bisa melakukan pemeriksaan. Neni menjelaskan, hampir setiap harinya selalu ada pasien yang memeriksakan diri. “Rata-rata sehari tiga orang yang datang, baik untuk konsultasi maupun memeriksakan diri (VCT),†kata dia.
Dijelaskan Neni, selain pasien kiriman dari dokter, juga ada yang datang dengan kesadaran sendiri untuk melakukan pemeriksaan. “Mungkin mereka ini mengetahui dari radio, televisi tentang penularan dan dampak dari HIV AIDS. Umumnya mereka ini yang merasa berprilaku pola hidup beresiko,†ungkapnya.
Yang berkonsultasi di Klinik Mawar, kata Neni, sudah dianggap biasa. Karena, ada ruangan tertutup yang sangat menjaga kerahasiaan identitas dari orang yang datang tersebut. “Bahkan yang dirawat pun ada. Kita perlakukan sama. Tidak ada perbedaan dan tidak perlu ditakutkan lagi, bagi yang sudah mengerti cara penularan HIV AIDS,†katanya dengan tetap merahasiakan identitas dan dimana pasien tersebut. “Sekarang ini diperlukan lagi sosialisasi yang lebih banyak. Selain juga kesadaran masing-masing orang,†tambahnya.
Sosialisasi dan Kondom
Anggota DPRD Kalbar daerah pemilihan Singkawang Bengkayang, Kenny Kumala mengungkapkan perlu banyak melakukan sosialisasi terhadap bahaya dan penularan serta pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat. “Terutama kepada ibu-ibu dan anak-anak serta sekolah-sekolah,†kata Kenny kemarin di Singkawang.
“Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pariwisata harus lebih menggencarkan lagi sosialisasi. Mengingat kota ini juga sebagai kota tujuan wisata,†tambahnya.
Membangdingkan dengan di luar negeri, ditegaskan Kenny yang pernah menetap di Jerman ini, begitu AIDS pertama kali muncul, Walikota di Berlin Jerman bersama kabinetnya turun ke jalan membagi-bagikan kondom dan memberitahukan bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat. “Di Indonesia ini masih tabu membiacarakan masalah itu (kondom),†katanya.
Di Kuala Lumpur Malaysia, jelas Kenny, saat dirinya mengikuti pertemuan dengan UNFPA diketahui justru yang paling rentan terjangkit HIV/AIDS adalah ibu-ibu dan anak-anak. “Jadi disitu justru paling berbahaya adalah anak sekolah,†katanya. “Sekarang jangankan anak sekolah, orang dewasa saja pergi ke supermarket beli kondom saja malu. Apalagi anak-anak. Logikanya, prilaku seks sekarang itu sudah umum. Kalau kita bilang seks di luar itu tidak ada, itu tidak masuk akal. Tapi mereka tidak punya akses beli kondom dan masih tabu (dengan kondom),†katanya.Â
Seperti dilansir Pontianak Post sebelumnya, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia saat ini terdapat 10 besar kota pengidap HIV/AIDS dengan jumlah penderita sebanyak 16.110 orang. Bandung di puncak klasemen (1.856) dan Singkawang di urutan 10 (348). Apabila dilihat dari presentasi penderita HIV/AIDS dibandingkan dengan jumlah penduduk keseluruhan maka kota ini berada di peringkat kedua setelah Irian.(ody)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar